InfoombbsiberIndonesia,com-Sungailiat, Bangka Di tengah tantangan yang semakin berat, seorang tukang perahu di Sungailiat, Asdung, yang lebih dikenal dengan nama Pak Bunga, menceritakan keluh kesahnya. Selama puluhan tahun menggeluti profesi sebagai pembuat perahu, Pak Bunga mengaku belum pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah untuk mendukung usahanya.
Pada Jumat (13/12/2024), Pak Bunga ditemui di Rumah Kontrakannya di Parit Pekir Sungailiat, bekas lokasi workshop-nya yang dahulu berada di wilayah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sungailiat. Ia berbagi cerita bekas lokasi workshop-nya yang dahulu berada di wilayah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sungailiat. Dia Juga Mengeluh tentang sulitnya mempertahankan profesi tradisional ini di tengah minimnya perhatian pemerintah dan berbagai masalah yang menghambat pekerjaan para nelayan di wilayah tersebut.
**Minimnya Dukungan Pemerintah**
Sebagai salah satu pembuat perahu tradisional yang masih bertahan di Sungailiat, Pak Bunga merasa kecewa karena hingga kini tidak ada program bantuan yang ditujukan untuk mendukung keberlanjutan usaha pembuatan perahu. “Selama saya bekerja di sini, belum pernah ada bantuan dari pemerintah, baik untuk bahan baku, peralatan, atau pelatihan,” ungkapnya.
Padahal, usaha pembuatan perahu memiliki peran penting dalam mendukung aktivitas para nelayan. Tanpa perahu yang layak, nelayan tidak bisa melaut untuk mencari nafkah. Kondisi ini semakin memperparah tekanan yang dirasakan oleh pelaku usaha seperti Pak Bunga.
**Pendangkalan Muara Jelitik: Masalah Tak Kunjung Usai**
Selain masalah dukungan pemerintah, Pak Bunga juga menghadapi tantangan lain yang semakin memperburuk keadaan, yaitu pendangkalan di Muara Jelitik. Masalah ini telah berlangsung lama dan berdampak langsung pada aktivitas nelayan. Dengan kondisi muara yang dangkal, banyak nelayan yang kesulitan mengakses pelabuhan untuk bongkar muat hasil tangkapan mereka.
Sebagian besar nelayan kini memilih untuk beralih ke Pangkalpinang karena akses di sana lebih memadai. “Pendangkalan ini membuat nelayan enggan datang ke Sungailiat. Kalau mereka tidak bisa keluar-masuk muara, otomatis yang mau pesan perahu juga makin sedikit,” kata Pak Bunga.
Pendangkalan muara tidak hanya mengurangi aktivitas nelayan di Sungailiat, tetapi juga berdampak pada perekonomian lokal. Para pembuat perahu seperti Pak Bunga kehilangan pelanggan karena nelayan lebih memilih pelabuhan lain yang lebih mudah diakses.
**Peran Pemerintah Diharapkan**
Pak Bunga berharap pemerintah segera turun tangan untuk menyelesaikan masalah pendangkalan Muara Jelitik dan memberikan perhatian lebih kepada para pembuat perahu. Ia mengusulkan agar dilakukan pengerukan muara secara berkala, sehingga akses keluar-masuk pelabuhan dapat kembali normal.
Selain itu, ia juga meminta agar pemerintah memberikan bantuan berupa pelatihan, subsidi bahan baku, atau alat-alat modern untuk membantu pembuat perahu tradisional bertahan di era yang semakin kompetitif ini.
“Kalau tidak ada dukungan, lama-lama kami bisa hilang. Padahal, perahu tradisional ini warisan budaya yang harus dijaga,” ujarnya.
Masalah yang dihadapi Pak Bunga bukan hanya persoalan individu, melainkan potret dari kesenjangan perhatian terhadap sektor tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung masyarakat pesisir. Keberlanjutan profesi seperti pembuat perahu membutuhkan komitmen semua pihak agar tetap hidup dan berkembang.
Sampai berita ini di publiskan jejaring media infoombb siber indonesia masih Berupaya konfirmasi ke pihak- pihak yang terkait
Pewarta (Didi/Tim)