Sabtu, Agustus 23, 2025
Google search engine
BerandaAdat & BudayaDari Pisau dan Handuk Barcelona, Kapolres Bangka Barat Ungkap Tragedi Emosi Sesaat...

Dari Pisau dan Handuk Barcelona, Kapolres Bangka Barat Ungkap Tragedi Emosi Sesaat yang Berujung Maut

Infoombbsiberindonesia.com-Mentok, Bangka Barat – Pagi itu, Selasa (19/8/2025), halaman Mapolres Bangka Barat terasa berbeda. Tenda sederhana berdiri di tengah panas terik, meneduhkan kursi-kursi yang sudah disusun rapi. Di meja panjang berlapis kain hitam, dua benda sederhana menjadi pusat perhatian: sebilah pisau bergagang kayu dan handuk merah-biru bertuliskan “Barcelona”. Kedua barang itu bukan sekadar benda mati, melainkan saksi bisu sebuah tragedi di Kampung Sidorejo, Mentok.

Jurnalis dari berbagai media telah memenuhi halaman. Suara percakapan bersahut-sahutan, kamera siaga, mikrofon tegak, dan jari jemari bersiap mengetik. Semua menunggu satu sosok: Kapolres Bangka Barat, AKBP Pradana Aditya Nugraha, S.H., S.I.K., M.H.

Tepat pukul 09.30 WIB, pria itu muncul. Tegap, berwibawa, namun dengan wajah serius. Ia melangkah mantap menuju kursi tengah, dikelilingi jajaran utama Satreskrim. Begitu duduk, pandangannya menyapu barisan jurnalis. Lalu dengan suara lantang, ia membuka penjelasan.

“Rekan-rekan media yang saya hormati, hari ini kami akan menyampaikan pengungkapan kasus tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan meninggal dunia,” ucap Kapolres, mengawali konferensi.

Suasana seketika hening. Semua mata dan telinga tertuju padanya.

Dari penjelasan Kapolres, tragedi bermula Sabtu, 16 Agustus 2025, sore. Heri alias Bokir (53), tengah duduk di teras kontrakannya ketika bertengkar dengan Jumadi (49), seorang wiraswasta yang juga warga setempat. Perseteruan itu bukan baru pertama kali. Ada luka lama, ada sakit hati yang menumpuk.

“Pelaku mengaku sering dihina korban. Malam itu emosi memuncak. Ia masuk ke kontrakan, mengambil sebilah pisau, lalu menusuk korban empat kali. Korban tersungkur bersimbah darah di hadapan warga,” jelas Kapolres, suaranya tegas namun terukur.

Heri dilarikan ke RSUD Sejiran Setason. Namun luka yang begitu parah membuat nyawanya tak tertolong. Senin dini hari, 18 Agustus, ia mengembuskan napas terakhir.

Setelah menusuk, Jumadi melarikan diri. Ia berpindah-pindah, dari Mentok ke Belinyu, bahkan sempat singgah di Pangkalpinang. Tetapi pelariannya tak lama.

“Tim Opsnal Macan Putih Satreskrim Polres Bangka Barat, dibantu Unit Intelkam dan Polsek Belinyu, melakukan pengejaran intensif. Akhirnya pelaku berhasil kami amankan Senin sore, di Kampung Parit 5, Belinyu,” terang Kapolres sambil menunjuk barang bukti.

Kilatan kamera menyambar saat pisau dan handuk Barcelona diperlihatkan. Dua benda sederhana itu kini berubah menjadi simbol betapa rapuhnya batas antara emosi dan kekerasan.

Kapolres tak hanya membacakan identitas korban dan pelaku. Ia menekankan sisi manusiawi dari tragedi ini.

“Sakit hati bisa menjadi bara yang membakar. Sayangnya, pelaku memilih jalan kekerasan. Kasus ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa emosi yang tak terkendali dapat berujung pada hilangnya nyawa dan hancurnya masa depan,” ujarnya, kali ini dengan nada dalam, seakan menyampaikan pesan moral bagi masyarakat Bangka Barat.

Pelaku kini dijerat Pasal 351 ayat (3) KUHP dengan ancaman maksimal tujuh tahun penjara.

Di balik cerita tragis ini, terlihat sosok Kapolres yang tidak hanya menegakkan hukum, tetapi juga mengedepankan sisi kemanusiaan. Kehadirannya yang cepat, penjelasannya yang detail, hingga sikapnya yang tenang menjawab pertanyaan jurnalis, memberi gambaran seorang perwira yang sigap dan tanggap dalam tugas.

Seorang warga paruh baya yang ikut menyaksikan rilis itu berbisik lirih, “Sayang sekali, kalau bisa ditahan emosinya, mungkin nggak sampai sejauh ini. Untung polisi cepat tangkap, biar masyarakat juga tenang.”

Konferensi pers berakhir sekitar pukul 14.30 WIB. Wartawan menutup laptop, kamera disimpan, namun suasana serius masih menyelimuti udara Mentok. Dari balik tenda sederhana itu, tersisa pesan yang tak kalah penting: keadilan memang ditegakkan, tapi tragedi ini juga mengajarkan betapa berbahayanya emosi yang dibiarkan tanpa kendali.

Barang bukti telah kembali dikemas, tetapi cerita tentang pisau, handuk Barcelona, dan luka batin yang tak pernah selesai itu akan lama terpatri di ingatan masyarakat Bangka Barat.

Pewarta ( Didi)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_imgspot_img
- Advertisment -spot_img

Most Popular

Recent Comments