Infoombbsiberindonesia com.
Mentok, Bangka Barat – 2 September 2025, di ruang rapat OR 1 Setda Bangka Barat, suasana Selasa pagi itu terasa berbeda. Kursi-kursi yang tertata rapi dipenuhi oleh wajah-wajah penuh harapan: para pejabat pemerintah daerah, tokoh pendidikan, perwakilan organisasi masyarakat, hingga mitra perusahaan yang selama ini turut mendukung pembangunan. Mereka hadir dengan satu misi yaitu membicarakan masa depan generasi Bangka Barat melalui program Wajib Belajar 1 (satu) Tahun Prasekolah.
Acara bertajuk “Peran Mitra Bunda PAUD dalam Mendukung Program Wajib Belajar 1 Tahun Prasekolah” dipimpin langsung oleh Bunda PAUD Bangka Barat, Evi Astura, dan dibuka oleh Wakil Bupati Bangka Barat, H. Yus Derahman. Dalam pidatonya, Yus Derahman menegaskan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah kunci membentuk generasi emas Bangka Barat yang cerdas, sehat, dan berkarakter.
“Rajin belajar sejak usia dini akan mencetak anak-anak kita menjadi cerdas di masa depan. Pendidikan adalah pintu awal menuju keberhasilan bangsa,” ujarnya dengan suara tenang namun penuh makna.
Ia bahkan menyampaikan perumpamaan sederhana yang mengena:
“Tanam padi biar berisi, sudah berisi jadilah beras. Demikian pula anak-anak kita, bila diasuh dengan pendidikan yang benar sejak dini, kelak mereka akan tumbuh menjadi generasi emas Bangka Barat.”
Sementara itu, Bunda PAUD Bangka Barat, Evi Astura, memberikan penekanan bahwa kebijakan wajib belajar prasekolah satu tahun untuk anak usia 5–6 tahun merupakan instruksi pemerintah pusat yang harus dijalankan dengan serius. Menurutnya, pendidikan pada masa golden age adalah fondasi penting yang tidak bisa diabaikan.
“Kita sering mendengar, ada anak kelas 4 SD yang masih belum bisa membaca dan menulis. Hal itu bukan karena mereka malas belajar, tetapi karena kurang mendapat stimulasi sejak dini. Di sinilah pentingnya satu tahun prasekolah sebelum masuk SD, agar anak-anak siap belajar,” tegas Evi.
Namun, ia juga tak menutup mata pada tantangan di lapangan. Angka partisipasi sekolah anak usia 5–6 tahun di Bangka Barat masih tergolong rendah. Banyak orang tua menunda menyekolahkan anak dengan alasan usia yang dianggap masih kecil atau karena kesibukan bekerja.
“Masih ada orang tua yang berpikir, ‘nanti saja, anak saya masih kecil’. Padahal justru di usia itulah anak butuh stimulasi. Karena itu, kita semua pemerintah, OPD, mitra, bahkan masyarakat harus bersinergi agar program ini berjalan,” ujarnya penuh semangat.
Diskusi yang berlangsung dalam rapat itu juga menyinggung persoalan administrasi, terutama terkait dokumen kependudukan seperti akta kelahiran dan KIA (Kartu Identitas Anak) yang kerap belum dimiliki oleh sebagian anak. Kondisi ini sering menjadi hambatan ketika anak hendak mendaftar ke PAUD maupun SD.
Perwakilan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Bangka Barat menjelaskan bahwa sebenarnya proses pembuatan dokumen kini lebih cepat dan mudah, bahkan bisa selesai dalam sehari. Namun, masih banyak orang tua yang belum melakukan pembaruan data kependudukan. Ada juga kasus perbedaan nama antara ijazah dengan akta kelahiran yang menimbulkan masalah administratif di kemudian hari.
“Kadang ada nama panggilan yang berbeda dengan nama asli di akta. Ini perlu disosialisasikan agar orang tua dan sekolah paham pentingnya sinkronisasi data,” kata seorang perwakilan dari Dukcapil.
Bunda PAUD menanggapi hal ini dengan mengusulkan kolaborasi lebih erat antara Dinas Pendidikan dan Dukcapil dalam kegiatan sosialisasi. “Kalau ada pertemuan dengan kepala sekolah, ajak juga pihak Dukcapil agar bisa langsung memberikan edukasi kepada orang tua. Dengan begitu, masalah data bisa lebih cepat diselesaikan,” tuturnya.
Rapat tersebut juga dihadiri perwakilan BAZNAS dan lembaga mitra lainnya. Mereka diminta untuk turut membantu, baik dalam bentuk beasiswa, penyediaan fasilitas belajar, maupun kegiatan edukasi di sekolah.
Bunda PAUD menekankan bahwa pendidikan anak usia dini bukan hanya tanggung jawab sekolah dan pemerintah, tetapi juga membutuhkan dukungan dari semua pihak. Misalnya, BAZNAS dapat memperkenalkan literasi keuangan sederhana bagi anak-anak, atau mitra perusahaan bisa membantu penyediaan sarana belajar.
Wakil Bupati menutup rapat dengan seruan penuh semangat:
“Ayo semangat beraktivitas demi anak-anak Bangka Barat yang lebih baik. Jangan pernah lelah membangun masa depan mereka. Karena dari sinilah lahir generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga sehat dan berkarakter.”
Hari itu, ruang rapat OR 1 bukan sekadar tempat diskusi, melainkan arena lahirnya komitmen kolektif. Semua pihak menyadari bahwa program wajib belajar prasekolah adalah investasi jangka panjang, yang hasilnya akan menentukan wajah Bangka Barat di masa depan.
Lewat sinergi pemerintah, masyarakat, dan mitra pembangunan, harapan itu mulai ditata. Harapan bahwa setiap anak, tanpa terkecuali, mendapatkan haknya untuk memulai langkah pertama menuju masa depan yang gemilang dari ruang kecil bernama PAUD.
(Didi/Tim KBO)